Kemiskinan sudah sekian lama ada di sekitar kita, namun kita dan pemerintah kita seolah tidak berdaya untuk memeranginya. Padahal di sekitar kehidupan orang miskin itu, tak sedikit orang-orang yang mampu.
Belum lama ini, Tulungagung dihebohkan dengan kisah seorang ibu yang tega membunuh kedua anak balitanya karena stres dan permasalahan ekonomi. Miris mendengarnya. Kemiskinan sering kali membuat seseorang mengalami depresi dan melakukan perbuatan nekad di luar kendali akal sehat.
Tulungagung sebenarnya boleh dikatakan bukan tergolong daerah miskin. Meskipun di beberapa tempat masih sering kita mendengar kisah-kisah pilu keluarga kurang mampu.
Jika slogan Guyub Rukun terus kita tanamkan pada setiap pribadi masyarakat Tulungagung, seharusnya permasalahan keluarga miskin bisa di atasi dengan tidak terlalu sulit, asalkan kita semua mau memperhatikan dan sedikit memperdulikan kesulitan yang dialami para keluarga miskin yang ada di lingkungan sekitar kita masing-masing. Dengan memberikan bantuan apapun yang bisa kita berikan, sekecil apapun bentuknya, sedikit akan bisa memberikan solusi dari sebagian kesulitan yang mereka hadapi.
Mengentaskan kemiskian bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, atau badan-badan keagaaman semata, melainkan menjadi tanggung jawab setiap individu yang merasa lebih mampu. Karena harus disadari bahwa sebagian dari penghasilan yang kita peroleh pada dasarnya sebagian diantaranya merupakan hak bagi kaum fakir, miskin dan anak yatim. Jika kita enggan berbagi rizqi dengan mereka, berarti sebenarnya kita telah memakan apa yang seharusnya menjadi hak mereka tersebut.
Berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Tulungagung.
1. Dimulai dari diri kita sendiri. Kita sisihkan sebagian dari harta kita minimal sebulan sekali untuk membantu keluarga fakir, miskin ada di sekitar lingkungan kita, yang kita anggap layak untuk menerima bantuan kita. Entah dalam bentuk sembako, uang, atau apapun bentuknya yang mungkin bisa kita berikan kepada mereka.
2. Mengajak tetangga, teman, dan orang-orang yang tinggal di sekitar kita yang kita anggap mampu untuk menyisihkan sesuatu, bisa dalam bentuk misalnya segelas beras, sembako yang lainnya, atau sisa-sia uang belanja harian Rp 1000 - Rp 2000, dan setelah terkumpul, setiap bulan kita koordinasikan untuk memberikannya bersama-sama kepada keluarga-keluarga miskin yang kita anggap pantas menerimanya.
Jika setiap RT, RW, atau Desa/Kelurahan bisa membudayakan kegotongroyongannya dalam menghimpun dana sosial sukarela dan tidak memberatkan, lalu memberikannya kepada para keluarga miskin yang masih ada di lingkungan sekitar mereka, maka permasalahan kemiskinan akan bisa kita pecahkan bersama-sama. Sedikit pengorbanan yang kita berikan bisa jadi sangat besar artinya besar bagi mereka.
3. Pemerintah daerah melalui instansi yang berwenang, tinggal menggalakkan budaya peduli pada kaum fakir, miskin, dan anak yatim tersebut dan mengkoordinasikan bagaimana agar pendistribusiannya bisa lebih merata hingga menjangkau daerah yang masih tertinggal. Selain itu juga menyisihkan sebagian dana APBD untuk program-program padat karya atau bantuan modal usaha bagi para keluarga yang kurang mampu atau yang belum mempunyai pekerjaan layak, agar mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau bisa wirausaha sesuai keahlian masing-masing, sehingga pada saatnya nanti mereka bisa mandiri dan tidak tergantung lagi dengan bantuan orang lain.
potret kemiskinan di sekitar rumah gedongan 28/04/12 |
Semoga pesan "Guyub Rukun" di Tulungagung, tidak hanya sebatas slogan semata.
Jika bukan orang Tulungagung sendiri yang harus memikirkannya, siapa lagi yang bisa diharapkan bisa merubah Tulungagung menjadi lebih baik.
Semoga kemiskinan di Tulungagung semakin dapat diminimalisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar