Peta Geografis Tulungagung

Peta Geografis Tulungagung
Batas wilayah; Barat : Kab Trenggalek, Utara : Kab Kediri, Timur : Kab Blitar, Selatan : Samudera
Kritik, saran, masukan dan ide-ide kreatif dari pembaca untuk kebaikan Tulungagung sangat kami nantikan. Kirimkan melalui email kami ayomimpi@gmail.com. Kiriman tulisan (disarankan disertakan foto ilustrasi) yang kami anggap kreatif dan menarik akan kami tampilkan dalam blog kami. Ayo kita bermimpi dan berbagi pemikiran kreatif untuk memajukan Tulungagung.
Terima Kasih

Desa Rejosari, Kec. Wonodadi, Kab Blitar Telp 0342-555745
    • Budidaya Bunga Krisan di lereng Argo Wilis
    • Masjid Jamik Tulungagung, Nuansa Ketimurtengahan
    • Pesona Pantai Selatan Tulungagung
    • Pesona Pantai Sine
    • berada di kaki gunung Pasir dan gunung Budeg, Sanggrahan, Boyolangu
    • The 2012 Champin Langgam Indonesia XXV
    • ajang kreasi seni fashion yang unik ,mewah, meriah, dan ekstrem
    • sumber energi (PLTA), suplay air PDAM, sumber irigasi, kawasan wisata & olahraga bersepeda
    • Kawasan kerajinan marmer/batu onix
    • Ruang konservasi lingkungan sekaligus wisata keluarga
    • Panorama di pantai selatan Tulungagung
    • Keunikan Musik Etnik Tulungagung
    • Parade Kreasi Busana Tulungagung digelar setiap HUT
    • Parade Aksi Beragram Kreasi
    • Bersih dan Asri, tak lagi seserem yang dulu
    • Perusahaan Otobus kebanggan Tulungagung
    • Mengemas Taman Kusuma Wicitra menjadi paru-paru Kota
    • Used for Reog Kendang dance from Tulungagung
    • Terletak di dusun Turi desa Geger kecamatan Sendang, di lereng Gunung Wilis.
    • Batik Baronggung, Batik Gajahmada, dan Batik Satrio Manah
    • Pantai Selatan Tulungagung yang mempesona
    • Hotel Mewah di Pinggiran Sawah
  • Highlight

    Jumat, 20 April 2012

    Saatnya Peduli pada yang Miskin


    Kemiskinan sudah sekian lama ada di sekitar kita, namun kita dan pemerintah kita seolah tidak berdaya untuk memeranginya. Padahal di sekitar kehidupan orang miskin itu, tak sedikit orang-orang yang mampu.

    Belum lama ini, Tulungagung dihebohkan dengan kisah seorang ibu yang tega membunuh kedua anak balitanya karena stres dan permasalahan ekonomi. Miris mendengarnya. Kemiskinan sering kali membuat seseorang mengalami depresi dan melakukan perbuatan nekad di luar kendali akal sehat.

    Tulungagung sebenarnya boleh dikatakan bukan tergolong daerah miskin. Meskipun di beberapa tempat masih sering kita mendengar kisah-kisah pilu keluarga kurang mampu.
    Jika slogan Guyub Rukun terus kita tanamkan pada setiap pribadi masyarakat Tulungagung, seharusnya permasalahan keluarga miskin bisa di atasi dengan tidak terlalu sulit, asalkan kita semua mau memperhatikan dan sedikit memperdulikan kesulitan yang dialami para keluarga miskin yang ada di lingkungan sekitar kita masing-masing. Dengan memberikan bantuan apapun yang bisa kita berikan, sekecil apapun bentuknya, sedikit akan bisa memberikan solusi dari sebagian kesulitan yang mereka hadapi.

    Mengentaskan kemiskian bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, atau badan-badan keagaaman semata, melainkan menjadi tanggung jawab setiap individu yang merasa lebih mampu. Karena harus disadari bahwa sebagian dari penghasilan yang kita peroleh pada dasarnya sebagian diantaranya merupakan hak bagi kaum fakir, miskin dan anak yatim. Jika kita enggan berbagi rizqi dengan mereka, berarti sebenarnya kita telah memakan apa yang seharusnya menjadi hak mereka tersebut.

    Berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Tulungagung.
    1. Dimulai dari diri kita sendiri. Kita sisihkan sebagian dari harta kita minimal sebulan sekali untuk membantu keluarga fakir, miskin ada di sekitar lingkungan kita, yang kita anggap layak untuk menerima bantuan kita. Entah dalam bentuk sembako, uang, atau apapun bentuknya yang mungkin bisa kita berikan kepada mereka.

    2. Mengajak tetangga, teman, dan orang-orang yang tinggal di sekitar kita yang kita anggap mampu untuk menyisihkan sesuatu, bisa dalam bentuk misalnya segelas beras, sembako yang lainnya, atau sisa-sia uang belanja harian Rp 1000 - Rp 2000, dan setelah terkumpul, setiap bulan kita koordinasikan untuk memberikannya bersama-sama kepada keluarga-keluarga miskin yang kita anggap pantas menerimanya.
    Jika setiap RT, RW, atau Desa/Kelurahan bisa membudayakan kegotongroyongannya dalam menghimpun dana sosial sukarela dan tidak memberatkan, lalu memberikannya kepada para keluarga miskin yang masih ada di lingkungan sekitar mereka, maka permasalahan kemiskinan akan bisa kita pecahkan bersama-sama. Sedikit pengorbanan yang kita berikan bisa jadi sangat besar artinya besar bagi mereka.

    3. Pemerintah daerah melalui instansi yang berwenang, tinggal menggalakkan budaya peduli pada kaum fakir, miskin, dan anak yatim tersebut dan mengkoordinasikan bagaimana agar pendistribusiannya bisa lebih merata hingga menjangkau daerah yang masih tertinggal. Selain itu juga menyisihkan sebagian dana APBD untuk program-program padat karya atau bantuan modal usaha bagi para keluarga yang kurang mampu atau yang belum mempunyai pekerjaan layak, agar mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau bisa wirausaha sesuai keahlian masing-masing, sehingga pada saatnya nanti mereka bisa mandiri dan tidak tergantung lagi dengan bantuan orang lain.
    potret kemiskinan di
    sekitar rumah gedongan 28/04/12
    Mengharapkan para bakal calon bupati mendatang seyogyanya mulai memikirkan upaya dan strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengentaskan kemiskinan secara kongkrit semampu yang bisa dilakukan. Tidak cukup sekedar membagikan sembako atau sesuatu kepada mereka. Tetapi lebih penting dari itu, ikut mendorong agar terbangun sebuah budaya masyakarat Tulungagung agar saling peduli dan saling membantu satu sama lian. Pemimpin tinggal mempeloporinya dan menggerakkannya. Mengentaskan kemiskinan di Tulungagung menjadi tanggung jawab kita bersama, khususnya orang-orang yang sudah merasa cukup mapan selayaknya ikut memikirkan nasib Saudara-saudaranya yang masih kurang mapan ekonominya.

    Semoga pesan "Guyub Rukun" di Tulungagung, tidak hanya sebatas slogan semata.
    Jika bukan orang Tulungagung sendiri yang harus memikirkannya, siapa lagi yang bisa diharapkan bisa merubah Tulungagung menjadi lebih baik.

    Semoga kemiskinan di Tulungagung semakin dapat diminimalisir.

    Tidak ada komentar:

    Detik News