Asongan, penjual nasi pecel di stasiun kereta, modal sedikit yang penting masih bisa menghidupi keluarga |
Bekerja apapun untuk menghidupi keluarga |
Tukang becak pun juga punya potensi ekonomi yang lebih besar |
Seratus ribu, dua ratus ribu di tangan mereka bisa dikembangkan untuk menghasilkan uang (nafkah) yang lebih banyak, minimal cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga mereka selama beberapa waktu. Berbeda dengan kita, uang sebesar itu, barangkali hanya cukup untuk sekali belanja, atau sekali makan bersama satu keluarga.
Para pedagang asongan di pasar-pasar dan di tempat lainnya sebenarnya jika digarap lebih baik, bisa menjadi potensi yang sangat besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat kecil. Seandainya setiap kita (yang merasa lebih mampu), bisa menyisihkan Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu saja untuk membantu meningkatkan permodalan usaha bagi satu orang pedagang asongan saja yang ada disekitar kita, maka setidaknya dalam kurun waktu tertentu akan bisa mengangkat ekonomi mereka menjadi lebih baik.
Dengan ijab-qobul meminjamkan tanpa bunga, diharapkan agar mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk mengembalikan seperti halnya bila mereka meminjam sejumlah uang kepada "bank pithil", hanya saja agar tidak memberatkan, mereka tidak perlu memberikan tambahan bunga tertentu. Jika diperlukan, mungkin cukup menambah biaya administrasi yang tidak memberatkan.
Seandainya orang-orang seperti mereka, hanya ditargetkan mendapatkan keuntungan rata-rata sekitar Rp 10 ribu saja perhari (syukur-syukur bisa lebih besar dari itu), jika mereka bekerja rata-rata sebulan selama 25 hari (yang 5 hari untuk istirahat), maka dengan pinjaman modal sebesar Rp 200.000 sudah secara tidak langsung sudah bisa menghidupi mereka minimal Rp 250rb per bulan. Artinya hanya dalam waktu sebulan uang Rp 200.000 di tangan mereka sudah bisa berkembang menjadi lebih banyak.
Jika misalnya dalam kurun waktu 3-4 bulan, mereka sudah bisa menyisihkan (menginvestasikan) sejumlah penghasilan mereka untuk modal usaha sendiri dan uang yang dipinjamnya dikembalikan agar bisa dipinjamkan kembali kepada yang lain, maka dengan uang yang sama akan bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang lagi dan multiplier effect-nya juga akan semakin besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakaat ekonomi lemah.
Marilah kita berbagi sekecil apapun yang bisa kita bagikan.
Kita mungkin sering menjumpai pedagang kecil di pasar yang jualanya hanya lesehan dengan barang dagangan yang seadanya, kalaupun dagangannya laku semua penghasilan kotornya mungkin tidak lebih dari Rp 50 ribu. Uang yang tidak terlalu besar artinya bagi kita, tapi di tangan mereka uang tersebut bisa dikembangkannya menjadi sesuatu yang lebih berarti untuk bisa menghidupi anggota keluarganya.
1 komentar:
saatnya berbagi
Posting Komentar