|
Anngkot sedang menunggu penumpang di depan Pasar Ngemplak 24/04/2012 |
Nasib angkutan kota/angkutan desa (angkot/angdes) yang beroperasi di Tulungagung semakin hari semakin memprihatinkan. Armadanya sudah kelihatan jelek dan kusam. Tidak tahu apakah masih bisa dianggap laik jalan atau tidak. Mungkin sebagian masih laik jalan. Tapi boleh dikata sebagian besar kelihatan tidak bergairah lagi menyusuri trayeknya di Tulungagung.
Angkot yang sering melintas di depan pasar Ngemplak, boleh dikata jarang sekali yang terisi penuh penumpangnya. Padahal pada pasar Ngemplak kalau pagi atau sore terbilang cukup ramai pengunjung.
Sepinya penumpang angkot/angkutan desa, bisa jadi karena semakin banyaknya kendaraan (mobil pribadi dan sepeda motor di jalan). Karena angkot seringkali terlalu lama menunggu penuhnya penumpang (
ngetem), dan mungkin jalannya juga tida bisa cepat, sehingga masyarakat lebih senang menggunakan kendaraan sendiri untuk bepergian.
Angkot yang masih memiliki jumlah penumpang cukup ramai tinggal yang angkot jurusan Tulungagung-Srengat (
Lyn Z), itu pun sudah mulai kelihatan tidak seramai dulu.
Bagaimanapun juga keberadaan angkot harus tetap mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Salah satu cara untuk lebih menggairahkan interaksi ekonomi dan masyarakat antar kecamatan, sarana tranportasi yang terpadu harus tetap dibangun, bagaimanapun kondisinya.
Membangun transportasi dalam kota tidak hanya menghitung ada tidaknya keuntungan berbisnis di sektor transportasi semata. Lebih dari itu, efek sosial- ekonomi di sektor yang lainnya pun juga perlu dipikirkan.
Untuk itu, pemda dalam hal ini Dinas Perhubungan perlu turun tangan, agar keberadaan angkot/angdes dari waktu ke waktu tidak semakin memprihatinkan dan jangan sampai punah dimakan waktu karena para pelaku bisnis di sektor ini merasa tidak menguntungkan lagi mengelola angkot/angdes.
Solusi yang mungkin bisa dilakukan, antara lain :
1. Singkronisasi trayek. Trayek yang sudah kurang produktif/sudah mulai sepi, ditata ulang atau disingkronkan dengan jam-jam dan jalur2 produktif, tetapi tidak dihapuskan dalam rangka menjaga kelangsungan koneksitas antar wilayah, guna terjalinnya kesinambungan ekonomi, sosial, budaya antar wilayah.
Misalnya: Perlu dibuka trayek dari/menuju stasiun, terminal bus, tempat-tempat wisata, pasar dan pusat-pusat perbelanjaan, sekolah setingkat SLTP/SLTA/Universita. Hal ini untuk memberikan kemudahan akses bagi masyarakat yang mungkin tidak memiliki kendaraan pribadi untuk menjangkau tempat-tempat tersebut, baik untuk keperluan sekolah, bekerja, berbelanja, berbisnis, bersilaturahim dengan sanak saudaranya, bepergian ke luar kota, atau berekreasi ke tempat-tempat wisata. Sehingga mendorong terjalinnya koneksitas antar masyarakat dengan berbagai kepentingan, dan diharapkan akan menggairahkan iklim ekonomi di Tulungagung.
2. Pengaturan jam perjalanan juga perlu diperhatikan, agar lebih efektif. Jadwal perjalanannya diatur sedemikian rupa sehingga waktu kedatangannya/keberangkatannya di daerah tujuan sesuai dengan waktu masuk/pulang sekolah, waktu masuk/pulang bekerja, waktu kedatangan/keberangkatan kereta atau bus yang akan membawa ke kota tujuan berikutnya, waktu pasar/pertokoan mulai buka/tutup. Sehingga pengoperasian angkot pada jam-jam kurang produktif bisa sedikit diminimalisir.
3. Penggiliran Trayek. Dengan penggiliran trayek, diharapkan setiap pengusaha angkot bisa menikmati jalur produktif dan non produktif, dan menghindari terjadinya perselisihan antar pekerja transportasi karena saling berebut penumpang.
4. Pemberian subsidi transportasi. Agar kelangsungannya koneksitas antar wilayah tetap bisa dipertahankan dan permda perlu memberikan bantuan/subsidi kepada para pengusaha angkot yang mengalami kesulitan untuk menutupi biaya operasionalnya karena mengoperasikan armadanya di jalur-jalur yang kurang produktif/sepi penumpang. Bantuan dari dinas terkait untuk para pelaku transportasi yang beroperasi di jalur-jalur kurang produktif diperlukan untuk menjaga agar masyarakat yang berada di daerah pinggiran (minus) masih bisa tetap mendapatkan layanan transportasi yang terjangkau, dan penghasilan yang bisa diperoleh para sopir dan kernet angkot juga masih dapat mencukupi untuk memenuhi standar hidup yang layak.
Buat para bakal calon pemimpin Tulungagung, ada baiknya jika masing-masing bacabup berbagi simpati dengan masyarakat kurang mampu dalam pengadaan transporasi murah. Misalnya dengan penyediaan sebuah armada transportasi gratis dengan tetap memanfaatkan armada angkutan umum yang masih beroperasi saat ini, untuk memobilisasi masyarakat dari wilayah pinggiran yang mungkin sulit mendapatkan akses transportasi menuju kota (khususnya untuk mengakomodasi mereka yang kurang mampu atau yang tidak mempunyai kendaraan pribadi) seperti jalur Kec. Pucanglaban-Kota, Kec. Kalidawir-Kota, Kec. Tanggunggunung-Kota, Besuki-Kota, Pagerwojo-kota, dan Sendang-Kota.
Barangkali hanya butuh sedikit inovasi saja dari pihak terkait untuk menjadikan transportasi di Tulungagung bisa semakin bergairah, semakin terarah, murah dan terjangkau bagi masyarakat kurang mampu. Masyarakat di daerah pinggiran pun tentu juga ingin maju seperti yang di kota.